Presiden Jokowi Singgung Soal BBM yang Masih Disubsidi APBN: Kalau Sudah Tidak Kuat?
sumut.jpnn.com, MEDAN - Presiden Joko Widodo menyampaikan dampak dari invasi Ukraina dan Rusia bagi Indonesia. Tidak hanya ancaman rantai pangan, tetapi juga berpengaruh besar terhadap harga minyak dan gas.
Jokowi mencontohkan harga minyak meningkat dua kali lipat dalam dua tahun terakhir. Begitu juga gas yang kenaikannya sampai lima kali lipat.
"Harga minyak itu USD 60 per barel, sekarang USD 110 sampai USD 120 per barel, hati-hati. Kalau gas naik lima kali lipat dan kita masih import sebagian besarnya," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya saat acara Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 di Lapangan Merdeka Medan, Kamis (7/7).
Baca Juga:
Jokowi menyebut ditengah naiknya harga minyak dunia itu, Indonesia memutuskan untuk tidak menaikkan harga BBM di Indonesia, seperti pertalite. Sebab, kata Jokowi, BBM tersebut masih mendapatkan subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Padahal, sebut Jokowi, harga tersebut jauh jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang telah menaikkan harga BBM.
"Negara kita masih kita tahan untuk tidak menaikkan pertalite. Negara lain yang namanya BBM bensin itu sudah berada dia angka 31 ribu. Jerman, Singapura 31 ribu. Thailand 20 ribu. Kita masih 7.650 karena disubsidi oleh APBN," ujar Jokowi.
Presiden menyebut saat ini APBN masih sanggup untuk mensubsidi BBM tersebut. Namun, dia mengkhawatirkan jika suatu saat APBN sudah tidak lagi sanggup memberikan subsidi.
"Ini (APBN) kita masih kuat dan kita berdoa semoga APBN masih kuat memberi subsidi. Kalau sudah tidak kuat mau gimana lagi. Kalau BBM naik ada yang setuju?" tanya Presiden Jokowi.
Presiden Joko Widodo menyampaikan dampak dari invasi Ukraina dan Rusia bagi Indonesia, yang juga berpengaruh besar terhadap harga minyak dan gas
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumut di Google News