Cerita Evi Yunita Bangkit dari Keterpurukan Hingga Menjadi Peraih Emas di Peparnas

sumut.jpnn.com, MEDAN - "Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak", peribahasa ini sepertinya cukup menggambarkan apa yang dirasakan Evi Yunita Pohan, atlet difabel peraih emas di Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) Papua pada 2021 lalu.

Perjalanan Evi hingga meraih prestasi dalam ajang bergengsi itu tidak luput dari berbagai kisah pilu yang dilaluinya.

Berawal dari sebuah peristiwa nahas yang dialaminya pada 2017 lalu. Evi mengalami kecelakaan saat pulang dari pasar. Sebuah truk menabrak hingga ia harus kehilangan kaki sebelahan kirinya.

Malang tak dapat ditolak, peristiwa kecelakaan tersebut dialami wanita asal Sipiongot, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta), Sumatera Utara, itu bertepatan saat ia sedang menyelesaikan studi di salah satu universitas swasta di Kota Binjai.

Tidak ada jalan lain, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Evi memutuskan untuk mengikhlaskan kaki kirinya diamputasi. Memotong bagian tubuh yang sangat penting tersebut tentu menjadi pilihan tersulit bagi Evi.

Namun, bagi wanita berusia 27 tahun itu, hidup harus terus berlanjut dan mimpi-mimpi tidak boleh mati.

"Alhamdulillah, saya berpikir waktu itu amputasi adalah jalan terbaik untuk saya melanjutkan hidup," tegasnya saat ditemui pada Kamis (10/11) sore di kawasan Kota Medan.

Setelah operasi kaki kiri, perempuan berhijab itu memulai menata hidupnya yang baru. Hidup baru dengan keadaan kehilangan salah satu anggota tubuh yang sangat penting baginya.