Polisi Sebut Bripka AS Tewas Minum Sianida, Begini Pendapat Ahli Forensik USU
Menurutnya, dokter forensik harus benar-benar detail untuk membuktikan kebenaran penyebab kematian korban setelan minum racun.
"Dalam penanganannya tidak boleh ada kelemahan-kelemahan yang diabaikan. Pada pemeriksaan jenazah yang diambil bahan untuk pemeriksaan toksikologi, sebaiknya seluruh organ tubuh diambil sebagai sampelnya," kata dr Asan Petrus dalam keterangan tertulis, Rabu (19/4).
Dia mengatakan sampel untuk membuktikan penyebab kematian korban minimal harus diambil dari tiga tempat, yakni isi lambung, urine dan darah.
Sebab, lanjutnya, bila racun hanya ditemukan pada lambung dan tidak ditemukan pada darah, maka dapat diyakini racun tidak menyebabkan kematian.
Asan Petrus mengatakan proses cepat atau lambatnya seseorang tewas setelah meminum racun tergantung bentuk racun yang dikonsumsi.
Lebih lanjut, kata dia, proses racun dapat mematikan lebih cepat dengan cara disuntikkan daripada diminum.
"Dalam kasus Bripka AS itu, diduga penyebab kematiannya karena kurangnya oksigen ke otak setelah mengkonsumsi sianida. Oksigen ke otak yang utama, jadi itulah yang buat cepat mati," ujarnya.
Dia menyebut sesulit apapun penyebab kematian pasti dapat diungkap dengan dalam autopsi. Sebab, meskipun tak bernyawa, jasad tetap menunjukkan penyebab kematian.
Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolagial Fakultas Kedokteran USU dr Asan Petrus angkat bicara terkait kematian Bripka AS setelah minum sianida
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumut di Google News