Guru Besar Ini Sampaikan Hal Penting Soal Polemik Regulasi Pelabelan BPA, Harus Disimak

"Kalau BPOM mau buat pelabelan BPA, pertanyaannya kan ada isu lingkungan juga kalau kita hanya memakai yang sekali pakai itu. Aktivis lingkungan akan bereaksi karena akan terjadi penimbunan sampah yang lebih banyak," tuturnya.
Jadi, menurut Rizal, yang terpenting dalam penggunaan kemasan plastik untuk AMDK itu adalah pengawasannya. Mulai dari pengambilan dari sumber mata air, pengangkutannya, hingga tempat pelaku usaha yang digunakan.
"Nah, itu yang harus diawasi. Sambil diberitahukan ke masyarakat tidak boleh masyarakat menyimpan AMDK itu terlalu lama, karena bisa berinteraksi dengan atmosfer di sekitarnya. Para penjualnya juga harus diingatkan tidak boleh menjualnya di bawah sinar matahari langsung," ucapnya.
Komisioner Komisi Pengawas Persaingan usaha (KPPU) Chandra Setiawan melihat polemik kontaminasi BPA yang berujung pada upaya pelabelan produk air galon guna ulang ini berpotensi mengandung diskriminasi yang dilarang dalam hukum persaingan usaha.
"Sebabnya 99,9 persen industri ini menggunakan galon tersebut, hanya satu yang menggunakan galon sekali pakai," katanya.(mcr22/jpnn)
Pakar Hukum Persaingan Usaha Prof Dr Ningrum Natasya Sirait merespons soal isu pelabelan risiko Bisfenol A (BPA) pada Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).
Redaktur : Muhlis
Reporter : Finta Rahyuni
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumut di Google News