Kopi Arabika dari Sumut Ini Merambah Pasar Internasional, Australia dan China

sumut.jpnn.com, SUMATERA UTARA - Provinsi Sumatera Utara selain dikenal dengan destinasi wisatanya yang menawan, juga dikenal dengan hasil pertanian. Satu lagi hasil pertanian di Sumut ini kembali merambah pasar internasional.

Kopi Arabika Sipirok, kopi yang melegenda di masyarakat Sumatera Utara, hasil olahan dari Kelompok Tani Maju Jaya Desa Situmba, Kabupaten Tapanuli Selatan, ini sudah menembus pasar Australia dan China.

"Alhamdulillah, meski melalui pihak ke tiga (importir Medan) per bulan green bean kami sudah diekspor ke pasar Australia 2,5 ton dan Guangdong China 1,5 ton," kata Nanang, Ketua Kelompok Tani Maju Jaya di Sipirok, Selasa (22/2).

Nanang mengatakan, pengiriman biji kopi Arabika Sipirok ke pasar internasional baru dilakukan dalam empat bulan belakangan. Itu pun setelah kelompoknya memiliki huller mesin pengupas gabah kopi basah dengan kapasitas 1 ton per jam. Dan itu menjadi satu-satunya yang ada di wilayah Tapanuli bagian Selatan (Tabagsel).

"Yang disyaratkan importir kopi itu demikian, green bean hasil olahan mesin kupas basah dengan kadar air 14 persen," kata ayah tiga anak itu.

Selain mesian pengupas gabah, kelompok tani ini juga memiliki alat roasting kopi sebagai proses mengeluarkan air sehingga mengeluarkan aroma kopi yang khas.

"Selain green bean, permintaan rose bean biji kopi setelah diroasting juga banyak. Ke Pulau Jawa, sebagian Sumatera, kafe-kafe di Medan dan Pekan Baru dan Kota Padang Sidempuan. Paling jauh ke Qatar," ungkapnya.

Kelompok petani kopi ini kata Nanang juga telah memiliki alat pengupas kulit kopi atau yang disebut cherry. Alat ini sering digunakan petani lain secara gratis sebagai dukungan kepada petani kopi di Desa Situmba. Ampas dari kulit kopi dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos.