Festival 1.000 Tenda Kaldera Toba di Desa Meat: Imajinasi Anak Muda
Festival yang diikuti oleh mayoritas anak muda ini juga menjadi simbol kebinekaan dan pluralisme.
"Yang pertama ingin kami tumbuhkan dalam kegiatan ini adalah iklim kolaborasi, karena yang datang ini kan dari berbagai komunitas. Para peserta bisa saling berinteraksi dan ini adalah bagian dari simbol pluralisme," kata dia.
Seorang anak warga setempat sedang mandi di lokasi acara Festival 1.000 Tenda Kaldera Toba di Desa Meat. Foto: Muhlis/JPNN.com
Dia melanjutkan, kegiatan Festival 1.000 Tenda ini menjadi tempat yang efektif memupuk kekerabatan tanpa melihat latar bekalakang masing-masing peserta. Dengan berkemah, semua menjadi sama rata dan sama rasa, tanpa perbedaan.
"Yang kedua, kegiatan ini tidak hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi kami jadikan sebagai ruang mentransformasikan pengetahuan, dengan menyediakan ruang-ruang diskusi," jelasnya.
Tumpak Winmark yang juga salah seorang inisiator festival itu mengatakan pihaknya menyediakan tiga lokasi untuk berdiskusi sebagai tempat berbagi ilmu kepada peserta.
Setidaknya ada tiga lokasi dengan tiga tema berbeda yang disediakan di lokasi kamping dengan mengusung tiga tema yakni pluralisme dan keberagaman, masa depan pariwisata Danau Toba, anak muda kaya karya, dan diskuis terkait hak kekayaan intelektual.
Selain itu, lanjutnya, yang tidak kalah penting adalah bagaiamana kegiatan tersebut berdampak positif bagi masyarakat lokal khususnya di Desa Meat. Festival 1.000 Tenda menjadi salah satu upaya memperkenalkan berbagai potensi priwisata di Desa Meat.
Kemah bersama dalam kegiatan Festival 1.000 Tenda Kaldera Toba di Desa Meat, Kabupaten Toba, menjadi ajang memupuk kebinekaan dan pluralisme
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumut di Google News