Di Tengah Gempuran Perburuan dan Perdagangan, Orangutan Harus Tetap Hidup di Alam
sumut.jpnn.com, MEDAN - Populasi Orangutan di Indonesia terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Untuk itu, berbagai langkah harus dilakukan guna menyelamatkan satwa tersebut dari kepunahan.
Hal itu ditegaskan oleh Ketua Dewan Kehutanan Daerah (DKD) Sumatera Utara Panut Hadisiswoyo saat konferensi pers Hari Orang Utan Internasional yang digelar Sumatera Tropical Forest Journalism (STFJ) di Kafe Rumah Kita, Jalan STM, Medan, Jumat (12/8).
Menurut Panut, salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga populasi orangutan yakni dengan membiarkannya tetap berada di hutan.
"Orangutan tetap di hutan, penjaga hutan, penjaga ekosistem hutan. Kondisi orang utan harus diperjuangkan agar tidak punah," ujarnya.
Panut mengakui bahwa upaya untuk mengatasi kritis satwa primata ini tidak mudah. Berbagai tekanan kerap dihadapi dalam upaya menghentikan perburuan dan perdagangan hewan dengan nama latin Pongo itu.
Dia memerinci bahwa hewan endemik Indonesia ini sendiri terdiri dari Orangutan Sumatra (Pongo abelii), Orangutan Tapanuli (Pongo tapanuliensis) dan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus).
"Orangutan tidak dalam keadaan baik-baik saja. Kita harus menyadari tantangan semakin besar, dengan tekanan yang sangat tinggi dari berbagai aspek. Kebutuhan perluasan lahan, untuk pembangunan, perkebunan, jalan juga lainnya," sebutnya.
Menurutnya, salah satu faktor yang membuat populasi orangutan semakin terancam karena banyaknya perburuan dan perdagangan serta orangutan yang kerap dijadikan peliharaan oleh oknum-oknum tertentu.
Populasi orangutan di Indonesia terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Untuk itu, perlu ada langkah yang harus dilakukan untuk menyelamatkan ora
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumut di Google News