Nasib Pedagang Buku Bekas di Tengah Rencana Revitalisasi Lapangan Merdeka Medan
Eko yang sudah berjualan sejak tahun 1997 itu mengaku ada sebanyak 180 kios buku bekas yang berada di kawasan Lapangan Merdeka itu. Namun, semenjak Covid-19, banyak kios yang sudah tutup karena penjualan yang menurun drastis.
Bahkan, dalam sehari, dia menyebut hanya dapat menjual satu buku saja. Akibatnya, banyak pedagang kios yang kini menutup kiosnya dan beralih profesi.
Dia memperkirakan sejak Covid-19, omset penjual buku bekas para pedagang menurun hingga 90 persen.
"Jadi, terakhir banyak yang sudah tak jual buku lagi, banting setir. Sampai sekarang lihat lah, biasanya kalau tahun ajaran baru ramai, ini tak ada. Jadi, penjualan itu bukan 10 persen lagi, tapi 90 persen merosot," ungkapnya.
Eko menyebut para pedagang memang tidak dibebankan untuk membayar uang sewa lapak. Ketentuan itu sudah diberlakukan sejak zaman Wali Kota Medan Abdillah.
Namun, para pedagang hanya dibebankan uang listrik, air, serta uang untuk jaga malam kios sebesar Rp 15 ribu. Meski begitu, omset pedagang yang semakin menurun membuat pedagang juga kesulitan untuk membayar uang listrik, air dan lainnya.
"Sejak zaman Abdillah Wali Kota sudah tak bayar," jelasnya.(mcr22/jpnn)
Revitalisasi Lapangan Merdeka bakal segera dilakukan seiring dengan ditetapkannya lapangan tersebut menjadi cagar budaya.
Redaktur : Muhlis
Reporter : Finta Rahyuni
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumut di Google News