PDIP Gelar Wayangan Pengingat Kesetiaan Pada Pancasila dan Konstitusi, Singgung Big Data Luhut Binsar
“Begitu pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tata pemerintahan negara harus dijalankan oleh pemimpin dengan karakter yang sama. Tanpanya, Sastra Jendra bisa mendatangkan celaka," kata Hasto.
Alumnus UGM itu menyadari amandemen konstitusi memang tidak sepenuhnya sempurna mengingat dilakukan pada masa krisis. Namun yang terpenting saat ini ialah membantu rakyat, bergerak ke bawah guna mempersiapkan Pemilu Serentak pada 14 Februari 2024.
Hasto menambahkan perubahan mendasar penundaan pemilu, mengingat implikasinya yang sangat luas, dapat dianalogikan pada cerita Sastra Jendra di atas. Di sisi lain, Hasto meminta kader partainya mengingat pesan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri untuk taat pada Pancasila dan konstitusi.
"Yang paling penting ialah spirit penyelenggara pemerintahan untuk mewujudkan negara gotong royong dan mewarisi banyak khasanah kebudayaan yang membuat hidup masyarakat aman, damai, dan tenteram tanpa diributkan oleh ide-ide yang dari sisi momentum politik yang sebenarnya sangat tidak tepat,” urai Hasto.
Sebagai warga bangsa, kata Hasto, semua pihak seharusnya mengikuti seluruh aturan, ruh, dan jiwa konstitusi. Semua memahami bahwa amandemen I-IV UUD 1945 pada awal 2000-an memang belum sempurna. Namun saat ini, tak tepat jika amandemen dilakukan demi penundaan pemilu.
Dia berharap pementasan lakon Sastra Jendra ini semakin menyadarkan semua pihak untuk membangun benteng morel di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk setia pada konstitusi. “Dan dalam menjalankan konstitusi itu kita diingatkan betapa pentingnya ideologi Pancasila untuk terus menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara,” ucap Hasto.
Ketua Umum Megawati Soekarnoputri hadir secara virtual dari kediamannya di Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. (jpnn)
Berita ini telah tayang di JPNN.com dengan judul: Gelar Wayangan Malam-malam, PDIP Singgung Luhut Cs Pewacana Penunda Pemilu
Pementasan wayang itu mengambil lakon “Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu”. Lakon tersebut ditujukan sebagai pengingat kader dan para elite politik unt
Redaktur & Reporter : Muhlis
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumut di Google News