Bulog Pastikan Tidak Ada Praktik Oplosan Beras SPHP dengan Harga Premium di Sumut
Selain itu, Bulog Sumut juga bekerja sama dengan Satgas Pangan untuk memantau penyaluran beras SPHP.
"Kami juga berkoordinasi dengan mitra seperti PUD Pasar di Medan, agar mengontrol pasokan dan penyaluran beras SPHP di 53 pasar tradisional dibawah pengawasan mereka," kata Arif.
Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan praktik penyimpangan distribusi beras, yang seharusnya diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, oleh oknum pedagang digunakan untuk mendapatkan keuntungan.
Budi menyebut modusnya yakni dengan membeli beras dari Bulog kemudian oknum pedagang menjualnya dengan harga yang lebih mahal.
"Mereka itu membeli dari Bulog beras seharga Rp 8.300 per kilogram dengan biaya angkut gudang, mereka jual langsung Rp 12.000 sampai Rp13.000 per kilogram dengan diganti karungnya," ujar pria yang akrab disapa Buwas itu.
Adapun praktik tersebut sudah dibongkar oleh pihak kepolisian. Satgas Pangan Polda Banten menangkap tujuh tersangka yang melakukan tindak pidana perlindungan konsumen dan persaingan dagang dengan melakukan kecurangan distribusi 350 ton beras Bulog.
Barang bukti yang berhasil disita yaitu 350 ton beras Bulog yang sudah di kemas ulang maupun yang belum, lima timbangan digital, enam mesin jahit karung, 8.000 karung bekas beras Bulog, 10.000 karung beras premium berbagai merek dan 50 bundel (nota penjualan, surat jalan serta permintaan pengantaran).
"Motif mencari keuntungan pribadi. Modus 'repacking' beras Bulog menjadi beras premium dengan berbagai merek, mengoplos beras Bulog dan beras lokal, menjual beras di atas harga HET," kata Kabid Humas Polda Banten Kombes Didik Hariyanto.(antara/jpnn)
Perum Bulog Sumut memastikan belum ditemukannya praktik pengoplosan beras bulog SPHP ke dalam kemasan premium yang dijual di atas HET di Sumatera Utara
Redaktur & Reporter : Muhlis
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumut di Google News