Harga Anjlok, Petani di Sumut Ini Pilih Cabut dan Racun Pohon Cabai
Mulyono mengaku tanaman cabai yang dicabut oleh para petani itu berusia sekitar empat bulan. Menurutnya, tak lama lagi harusnya cabai tersebut sudah dapat dipanen.
Namun, para petani memilih untuk mencabut tanaman cabai itu karena sudah tidak sanggup menanggung biaya perawatan akibat anjloknya harga cabai.
"Seharusnya masih bisa (dipanen,red) kalau memang bagus harganya, masih bisa kami rawat. Masih bisalah produktif, tapi karena harganya terlalu jatuh, ya operasionalnya lebih mahal," sebutnya.
Dia berharap kejadian ini juga menjadi perhatian dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut. Mulyono meminta ada langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah terkait dengan anjloknya harga cabai merah ini.
Menurutnya, jika harga cabai di tingkat petani naik di kisaran Rp 18 ribu hingga Rp 20 ribu saja, hal itu sudah membuat petani bahagia.
"Saya harga harga yang tak terlalu mahal kali, dan harga yang tak terlalu jatuh. Ya kita sama-sama, konsumen tak terlalu berat, petani pun tak terlalu merugi. Kalau bisa dapatlah juga subsidi, karena kan modal cabai ini terlalu tinggi. Jadi, kalau bisa dapat subsidi, kalau harga yang tak terlalu tinggi pun, ya petani pun tak terlalu merugi kali," pungkasnya.(mcr22/jpnn)
Petani cabai di Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, mencabut tanaman cabai lantaran harga anjlok
Redaktur : Muhlis
Reporter : Finta Rahyuni
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com Sumut di Google News